Jumat, 25 Desember 2015

Arus Baru

    

   Sebentar lagi tahun baru. Sudah terbayang ramenya, atau mungkin macetnya. Terbayang juga tahun baru jalan kemana, sama siapa, yolandaa....hehehu. Atau malah susah, belum punya bayangan? Tenang, tahun baru ya tahun baru kok, ya wis kayak tahun  baru yg lalu-lalu.
     Membahas yg berbau tentang baru, termasuk baju baru, tahun baru, gadget baru, dan sebagainya, sebenarnya harus nggak sih itu? Primer atau sekunder? Atau malah tersier? Ya tergantung, tiap individu pasti punya pendapat, rasanya kok kurang bermanfaat kalau jadi bahan debat.
     Tapi, bagaimana kalau istilah 'baru' sudah menjadi kecenderungan, gaya hidup, misal menjadi salah satu faktor penunjang percaya diri, atau metode untuk gengsi-gengsian? Ini yg mengganjal, masak iya mau nurutin yg baru terus? Layo tidak ada habisnya to yo. Paling nanti kalau produsen sudah kehabisan stok ide baru, kembali lagi ke model lama, cuma dipoles dikit -misal pakaian- atau promosi diskon besar-besaran.
     Saya tak cerita dulu ini, katanya PR terbesar manusia adalah menemukan dirinya sendiri. Gimana ini? Gimana cara menemukan diri sendiri yg bener-bener otentik? Sedangkan diri kita ini selalu mlayu rono-rene keseret barang anyar (read: lari sana-sini terbawa barang baru). Masak harus menolak, kampanye besar-besaran, pakai #tolakbarangbaru, ya ndak mungkin.. Kelihatannya malah jadi garis keras, ngeri. Selain itu, sudah kodrat kalau manusia suka berinovasi, yg baru tadi, tambah sulit ini...
     Kalimatnya gini, kita suka dengan yg baru-baru, tapi kalau terbuai kebaruan kita akan kewalahan karena tidak ada habisnya dan tidak akan ketemu dengan kita yg asli, padahal PR terbesar kita adalah sadar siapa kita. Gitu ? Kira-kira gitu. 
     Jangan salahkan kebaruan, itu kan memang sudah pasti, jelas harus ada. Yg harus dilakukan adalah menampung kebaruan. Jadilah lautan, yg menampung semua bentuk kebaruan. Tapi jangan pernah membiarkan kebaruan menjadi diri kita, biarkan dia menjadi bagian dari kita... Naa, kata kuncinya 'bagian dari diri kita'. Tidak perlu menutup diri, selalu sadar saja bahwa itu hanya bagian. 
     Selama kita sadar itu bagian dari diri kita, aman sudah. Kita akan kuat sebagai individu, kelompok, bahkan bangsa. Kita akan tahu apa yg dibutuhkan. Akan punya sikap, akan ketemu siapa diri kita sebenarnya, tapi tidak buta akan inovasi. Yg lama kan belum tentu jelek. 
     Selamat menyongsong tahun baru dan kebaruan lainnya, tetap pede, dan jangan minder jadi kita.. iya kita....